Latest Articles

Tuesday, 19 February 2013

Chinese Zodiak, Perburuan 12 Artifak astrologi china


Genre : Aksi
Tanggal Rilis Perdana
: 20 Desember 2012 (Cina)
MPAA Rating
: Bimbingan Ortu
Durasi
: 120 min.
Studio
: Emperor Group
Official Site

CAST & CREW

Sutradara : Jackie Chan
Produser
: Jackie Chan, Stanley Tong, Barbie Tung
Penulis Naskah
: Jackie Chan
Pemain
: Jackie Chan, Oliver Platt, Caitlin Dechelle, Steven Dasz, Kenny G, Andrew Dasz, Sang-woo Kwone, Alaa Safi, Laura Weissbecker, Rani Bheemuck, Paul Philip Clark, Ken Lo, Myriam Blanckaert, Emilie Guillot 
                                                 
  MOVIE RATING
                                                      



PLOT CERITA

Chinese Zodiac, yang menjadi film ke-101 yang dibintangi oleh Jackie Chan, dibuka dengan narasi yang menuturkan tentang negara China yang diinvasi oleh pasukan Inggris pada tahun 1860. Tidak hanya menjajah wilayah dan rakyat negara tersebut, para pasukan Inggris juga mencuri banyak benda-benda bersejarah untuk dibawa pulang kembali ke negara mereka, termasuk 12 potongan patung kepala binatang yang mewakili 12 figur astrologi China. Ratusan tahun berlalu, benda-benda bersejarah yang awalnya dikira telah musnah tersebut secara perlahan mulai muncul di berbagai rumah pelelangan dunia dengan harga yang setinggi langit akibat diburu oleh banyak kolektor dan pemburu barang-barang antik dari berbagai penjuru dunia.

Salah satu dari pemburu barang antik tersebut adalah seorang pengusaha terkenal bernama Lawrence Morgan (Oliver Platt) yang berkeinginan begitu besar untuk mengoleksi kedua belas artifak tersebut sehingga akhirnya menyewa seorang pemburu harta karun, JC (Jackie Chan), untuk mengumpulkannya dengan bayaran sebesar US$1 juta untuk setiap potongan kepala patung yang berhasil didapatnya. Bersama dengan anggota kelompoknya (Kwon Sang Woo, Zhang Linxin dan Liao Fan), JC memulai pencariannya dengan menemui Coco (Yao Xingtong), seorang wanita peneliti yang berniat untuk mengumpulkan seluruh benda bersejarah asal China dan mengembalikannya kembali ke negara asalnya. Melalui Coco-lah, JC mulai belajar bahwa benda-benda bersejarah yang selama ini ia buru, memiliki identitas yang sama sekali tidak dapat diukur dengan uang semata.

Tenang! Sinopsis diatas hanyalah sebagian kecil dari banyak kisah yang ingin ditampilkan Jackie Chan dalam filmnya. Dengan naskah cerita yang juga ditulis oleh Chan, Chinese Zodiac berusaha menghadirkan begitu banyak plot cerita dalam 123 menit durasi perjalanannya, mulai dari kisah keluarga, intrik politik, romansa, sejarah dan budaya dunia hingga permasalahan seperti bagaimana pentingnya untuk melakukan konservasi terhadap berbagai artifak peninggalan sejarah dunia. Tentu saja, berbagai plot yang terdengar serius tersebut disajikan dalam balutan penampilan penuh humor khas Chan – yang sayangnya di masa modern akan diartikan sebagai sebuah sajian komedi aksi yang klise dan benar-benar melelahkan untuk diikuti.

Tidak hanya berperan sebagai seorang produser, sutradara, aktor maupun penulis naskah bagi Chinese Zodiac, Chan juga ambil bagian dalam berbagai bagian teknis pembuatan film ini seperti penata sinematografi, komposer, koordinator pemeran pengganti hingga – this is serious! – koordinator katering. Mudah-mudahan Chan mampu menyajikan deretan makanan yang memuaskan selama proses produksi berlangsung karena tidak ada satupun bagian teknikal yang melibatkan nama Chan benar-benar dapat dianggap muncul dalam kualitas memuaskan dalam film ini. Chan sepertinya begitu terjebak dengan kejayaannya di masa lampau sehingga terlihat berusaha keras untuk menyajikan pola penceritaan yang sama di film ini. Lihat saja bagaimana tata koreografi aksi film ini. Begitu mudah ditebak. Tata sinematografi dan tata musik film ini juga hadir medioker. Sama sekali tidak memberikan dukungan bagi kualitas film ini secara keseluruhan.

Yang paling menyedihkan, tentu saja, adalah bagaimana Chan menuliskan naskah cerita film ini. Merupakan reboot dari Armour of God (1987) dan sekuelnya, Armour of God II: Operation Condor (1991) yang pernah dibintanginya serta meraih sukses besar, Chan seperti kebingungan untuk menyajikan kisah apa yang ingin ia ceritakan dan akhirnya juga menggabungkan berbagai plot cerita untuk ditampilkan kepada penontonnya. Dan lihat apa yang terjadi ketika naskah cerita yang berkualitas dangkal tersebut diarahkan oleh seorang sutradara yang juga tidak begitu mampu mengarahkan sebuah jalan cerita – tentu saja, Jackie Chan adalah sutradara yang dimaksud. 123 menit durasi film ini terasa bagaikan perjalanan yang begitu panjang dan melelahkan dengan Chan yang menghadirkan berbagai plot cerita filmnya yang saling berbenturan satu sama lain serta ritme penceritaan yang begitu berantakan.

Karakter-karakter yang dituliskan oleh Chan juga terlihat begitu dangkal. Setiap karakter digambarkan dengan begitu klise dan sama sekali tidak menarik. Yang lebih membingungkan adalah penggunaan bahasa Mandarin, Inggris dan Perancis oleh setiap karakter. Satu karakter dapat saja terlihat tidak mampu berbahasa Inggris di satu adegan, kemudian malah mampu berbahasa asing dengan lancar di adegan yang lain. Atau malah tidak mengenal bahasa Mandarin sebelumnya namun dengan fasih berdialog dengan bahasa tersebut di akhir cerita. Aneh. Satu-satunya sisi positif dari Chinese Zodiac adalah pemanfaatan efek visual yang cukup efektif di banyak adegan – sisi yang paling membedakan Chinese Zodiac dari dua seri Armour of God terdahulu.

Sayangnya, sama sekali tidak ada yang istimewa dalam presentasi Chinese Zodiac. Pada kebanyakan bagian, film ini lebih terasa sebagai sebuah usaha Jackie Chan untuk meraih kembali masa-masa kejayaannya namun dengan kemampuan yang lebih minimalis. Chan yang hadir dalam Chinese Zodiac adalah sosok aktor yang telah terlihat terlalu lelah untuk melakukan berbagai adegan aksi namun tetap memaksakan dirinya untuk tetap tampil dan bahkan memaksa untuk memberikan kontribusi di berbagai bagian teknikal lainnya yang harus diakui berada di luar batas kemampuannya. Klise, datar dan jauh dari kesan menarik, Chinese Zodiac mungkin akan diingat sebagai salah satu film terburuk yang pernah dibintangi oleh Jackie Chan.(ATM)

BERITA TERKAIT

 

 

 



read more

Silent Hill Revelation, cerita yang cenderung sederhana dan klise

silent-hill-revelation-header

Genre : Horor, Misteri
Tanggal Rilis Perdana : 26 Oktober 2012
Durasi : 94 min.
Studio : Open Road Films
Official Site

CAST & CREW

Sutradara : Michael J. Bassett
Produser
: Samuel Hadida, Don Carmody
Penulis Naskah
: Michael J. Bassett
Pemain
:
Adelaide Clemens, Kit Harington, Sean Bean, Radha Mitchell, Deborah Kara Unger, Carrie-Anne Moss, Malcolm McDowell 


MOVIE RATING 


Review: Silent Hill: Revelation (2012)

Layaknya kebanyakan film yang diadaptasi dari permainan video lainnya, Silent Hill memenuhi takdirnya ketika dirilis pada tahun 2006: film tersebut mendapatkan begitu banyak cercaan dari para kritikus film dunia. Pun begitu, seperti kebanyakan film yang diadaptasi dari permainan video lainnya, Silent Hill mampu mengumpulkan total pendapatan sebesar US$90 juta dari bujet produksi sebesar US$50 juta selama masa edarnya. Seperti biasa, Hollywood lantas merencanakan sebuah sekuel untuk Silent Hill. Direncanakan semenjak akhir 2006, proses pembuatan sekuel tersebut mendapatkan begitu banyak hambatan sebelum akhirnya proses pengambilan gambar akhirnya benar-benar dapat dimulai pada Maret 2011 dengan Michael J. Bassett (Solomon Kane, 2009) menggantikan posisi Christophe Gans sebagai sutradara.

Dengan judul Silent Hill: Revelation dan mengadaptasi kisahnya dari seri ketiga permainan video Silent Hill produksi Konami, film ini melanjutkan seri sebelumnya dimana Rose Da Silva (Radha Mitchell) berhasil menyelamatkan puterinya, Sharon (Jodelle Ferland), dari kurungan Silent Hill meskipun dirinya harus selamanya terjebak disana. Kini, Sharon yang telah beranjak remaja (Adelaide Clemens), harus hidup berpindah-pindah tempat bersama ayahnya, Christopher (Sean Bean), guna menghindari kejaran anggota sekte Order of Valtiel yang berusaha untuk mendapatkannya untuk dibawa kembali ke Silent Hill. Sharon sendiri sama sekali tidak dapat mengingat masa lalunya bersama sang ibu. Ayahnya hanya mengungkapkan bahwa ibunya tewas dalam sebuah kecelakaan.

Dalam pelarian terakhir mereka, Sharon dan Christopher kini menggunakan nama dan identitas baru mereka, Heather dan Harry Mason. Sayangnya, pelarian tersebut tidak dapat berlangsung lama. Segera setelah mereka menempati kediaman baru, para anggota sekte Order of Valtiel berhasil menemukan lokasi keduanya dan bahkan kemudian berhasil menangkap Harry. Mau tidak mau, Heather harus berusaha untuk mengingat kembali berbagai kejadian yang ia alami bersama ibunya di Silent Hill sekaligus kembali lagi ke daerah tersebut untuk menemukan ayahnya. Bersama dengan Vincent (Kit Harrington) yang baru saja ia kenal, Heather lantas memulai perjalanannya untuk memasuki kota yang selama ini menghantui mimpi  buruknya tersebut.

Sayangnya, sama sekali tidak ada yang istimewa dalam Silent Hill: Revelation. Bahkan jika dibandingkan dengan seri pertamanya terdahulu, Silent Hill: Revelation terasa jelas mengalami penurunan kualitas penceritaan yang sangat signifikan. Walau sederhana dan cenderung klise, Silent Hill setidaknya masih mampu menghadirkan plot cerita yang runut untuk diikuti para penontonnya. Sementara itu, naskah yang ditulis oleh Michael J. Bassett untuk Silent Hill: Revelation tampak hanya berusaha untuk menghadirkan momen-momen menakutkan kepada penontonnya tanpa pernah berusaha untuk menyajikannya dalam sebuah tatanan penceritaan yang apik dan mampu mengalir dengan baik.

Tidak hanya dari segi cerita, Bassett juga terkesan sangat malas untuk memberikan karakter-karakternya berbagai latar belakang kisah yang setidaknya akan cukup mampu membantu para penonton – khususnya yang tidak familiar dengan permainan video Silent Hill – untuk memahami apa sebenarnya yang coba ia ceritakan di film ini. Kelemahan ini khususnya sangat terasa ketika karakter-karakter dari sekte Order of Valtiel dihadirkan dalam jalan cerita. Kebanyakan dari karakter-karakter tersebut – yang tampil dengan diselimuti tata rias yang membingungkan atau tanpa tampilan wajah sama sekali – terkesan hanya hadir untuk memberikan faktor kengerian pada penonton dengan tanpa pernah dijelaskan mengenai esensi dari arti kehadiran karakter tersebut pada jalan cerita secara keseluruhan.

Jika ingin memandang positif terhadap Silent Hill: Revelation, maka penilaian tersebut sepertinya hanya dapat disematkan pada departemen produksi film ini yang setidaknya berhasil menata penampilan film ini untuk mampu memberikan atmosfer cerita yang kelam kepada penonton. Penggunaan teknologi 3D pada tampilan visual film ini juga mampu disajikan dengan maksimal. Dari departemen akting rasanya tidak banyak yang dapat diberikan komentar mengingat deretan karakter yang hadir dalam jalan cerita film ini hampir seluruhnya disajikan secara dangkal. Nama-nama besar seperti Sean Bean, Carrie-Anne Moss, Martin Donovan hingga Malcolm McDowell seluruhnya tampil dalam porsi penceritaan yang sia-sia.

Bahkan dengan jalan cerita yang cenderung klise dan sederhana, Silent Hill harus diakui mampu hadir sebagai sebuah sajian film horor yang berhasil tampil memikat dengan tampilan visualnya yang kuat serta jalan ceritanya yang mampu mengalir dengan baik. Sayangnya, kualitas tersebut sama sekali tidak dapat ditemukan pada Silent Hill: Revelation. Michael J. Bassett yang menggantikan posisi Christophe Gans sekaligus bertindak sebagai penulis naskah film ini sama sekali tidak mampu menghadirkan sebuah penceritaan yang menarik dengan elemen-elemen horor yang sanggup berdiri sejajar dengan seri terdahulu film ini. Di bidang tampilan visual dan penggunaan teknologi 3D, Silent Hill: Revelation bisa saja tampil unggul. Namun dengan jalan penceritaan yang terlalu datar dan jauh dari kesan menarik, Silent Hill: Revelation jelas lebih sering akan terasa membosankan daripada mampu memberikan sensasi horor yang maksimal kepada para penontonnya.(ATM)




read more

Pranormal Activity 4, Ketakutan semakin berlanjut


 
Paranormal Activity 4 sendiri memulai kisahnya dengan melakukan kilas balik mengenai deretan peristiwa yang terjadi pada Paranormal Activity 2. Berlatar belakang cerita di California, Amerika Serikat pada tahun 2006, kilas balik tersebut akan menceritakan mengenai masa ketika Katie (Katie Featherstone) dikisahkan membunuh keluarga kakak kandungnya sendiri dan kemudian menculik anak mereka, Hunter (Jackson Xenia Prieto/William Juan Prieto). Katie dan Hunter kemudian dikisahkan tidak lagi diketahui keberadaannya setelah peristiwa tersebut. Paranormal Activity 4 lantas dilanjutkan dengan sebuah struktur cerita yang melibatkan deretan karakter yang berbeda dari tiga seri sebelumnya.

Berlatar belakang cerita di Nevada, Amerika Serikat pada tahun 2011, Paranormal Activity 4 memfokuskan kisahnya pada pasangan Doug (Stephen Dunham) dan Holly Nelson (Alexondra Lee) serta kedua anak mereka, Alex (Kathryn Newton) dan Wyatt (Aiden Lovekamp). Terlepas dari konflik pernikahan yang sedang dihadapi oleh Doug dan Holly, keluarga Nelson sendiri terlihat seperti layaknya keluarga biasa. Namun, hal tersebut secara perlahan berubah ketika anak tetangga mereka, Robbie (Brady Allen), dititipkan kepada mereka karena ibunya harus dirawat di rumah sakit. Kedatangan Robbie memberikan pengaruh buruk pada sikap keseharian dari Wyatt – dan sekaligus menghadirkan beberapa momen horor di rumah tersebut. Merasa curiga, Alex kemudian meminta bantuan kekasihnya, Ben (Matt Shively), untuk memasang beberapa kamera di berbagai bagian sudut rumah sehingga dirinya dapat memantau apa yang sebenarnya terjadi di dalam rumah keluarganya.

Diarahkan oleh duo Henry Joost dan Ariel Schulman yang sebelumnya sukses mengarahkan Paranormal Activity 3 serta dengan naskah yang kembali ditulis oleh Christopher B. Landon, plot penceritaan Paranormal Activity 4 harus diakui berjalan layaknya apa yang terjadi pada seri-seri sebelumnya. Sama sekali tidak ada yang baru – terlepas dari penggunaan gadget seperti Xbox, Macbook hingga smart phone yang menggantikan penggunaan kamera pengawas rumah sebagai medium penghantar kehadiran berbagai adegan-adegan bernuansa horor di dalam jalan cerita film ini. Paranormal Activity 4 terlihat hanya menjadi penutup bagi rantai trilogi yang terputus pada penceritaan Paranormal Activity 2 namun menyajikannya dengan berbagai trik horor yang sebelumnya telah dihadirkan dalam Paranormal Activity 3.

Pun begitu, untungnya Paranormal Activity 4 tidak terlihat seperti Paranormal Activity 2  yang berjalan familiar namun membosankan. Joost dan Schulman jelas tahu elemen-elemen terbaik apa saja yang berhasil mereka hantarkan ketika mengeksekusi Paranormal Activity 3 untuk kemudian menerapkannya kembali pada seri cerita kali ini. Tidak terasa spesial, namun Joost dan Schulman mampu membangun tingkat intensitas ketegangan cerita dengan cukup baik sehingga tetap berhasil memberikan efek-efek kejutan – walau terasa minimalis – kepada para penggemar franchise film ini. Tingkat ketegangan tersebut kemudian benar-benar dieksekusi dengan sempurna di akhir film yang akan mampu memberikan kejutan yang lebih kuat pada penonton film ini… sekaligus membuka berbagai kemungkinan adanya kelanjutan kisah dari franchise film ini. Para penggemar film horor juga sepertinya akan cukup mampu tersenyum ketika Joost dan Schulman mereplikasi adegan-adegan horor ikonik dari film The Omen (1976) dan The Shining (1980) dan memasukkannya ke dalam jalan cerita film ini. Sebuah pola yang mungkin harusnya lebih banyak dikembangkan pada seri berikutnya mungkin?

Layaknya franchise Saw (2004 – 2010) yang telah berhasil ‘dibunuh’ oleh Paranormal Activity semenjak kehadirannya pada tahun 2009 lalu, franchise Paranormal Activity sendiri telah mulai terasa berjalan stagnan dengan tanpa kehadiran pengembangan cerita yang berarti dalam setiap kelanjutan serinya. Jelas dibutuhkan ide-ide cerita yang lebih segar untuk mampu membuat penonton tetap bertahan mengikuti franchise ini di masa yang akan datang. Walau masih mampu memberikan beberapa kejutan yang menyenangkan, serta diproduksi dengan tata produksi dan penampilan dari departemen akting yang cukup kuat, Paranormal Activity 4 jelas bukanlah sebuah pengembangan kisah yang dapat dikatakan sangat menarik. Mulai terasa melelahkan namun setidaknya seri ini masih mampu bertahan dan menyenangkan banyak penggemarnya. (ATM)




Vote untuk film ini


Berita terkait

read more

Monday, 18 February 2013

Sinopsis film This is 40, suka duka di umur 40 tahun

Resensi film this is 40 bercerita tentang kehidupan sebuah keluarga Peter dan istrinya  Debbie, serta kedua anak mereka Charlote dan Shade dengan berbagai permasalahanya, tepat ketika di umur pasangan itu 40 tahun, ketika mereka mengharapkan kebahagian justru malah masalah yang menghampiri.

Diceritakan bahwa keluarga Peter saat itu sedang mengalami kesulitan finansial, karena perusahaan rekaman yang dia pimpin belum mencetak satupun penjualan album musik. Dan Toko baju milik Debbie belum terlalu ramai seperti yang di harapkan.

Akhirnya setelah berdiskusi dengan sang istri, akhirnya mereka sepakat untuk mulai saat itu untuk berhemat. tapi semua tidak menyelesaikan masalah. Debbie yang tidak mengetahui bahwa sebagian pendapatan Peter di berikan kepada ayah Peter untuk mebantu biaya hidup nya beserta istrinya, marah besar terhadap Peter ketika mengetahui hal itu, begitupun Peter yang mengetahui bahwa Debbie malah hamil kembali di saat finasial mereka sedang kesulitan.
Pertengkaran antar mereka pun semakin sering terjadi, sehingga berimbas kepada anak mereka yang meniru kelakuan kedua orang tuanya.

Sampai pada akhirnya  setelah kejadian yang mereka alami, Peter menyadari bahwa sebenarnya masih banyak orang diluar sana yang mempunyai kesulitan lebih dari dirinya, dan mereka pun kembali menjalani kehidupan nya lagi, dan berusaha untuk mengatasi setiap masalah yang ada di hadapanya.

ulasan resensi sinopsis film This is 40

BERITA TERKAIT





read more

Sunday, 17 February 2013

My EX, sebuah cerita horor yang mengharukan

Ulasan film My EX

Cerita diawali dari sebuah percintaan sepasang kekasih bernama Ken dan Meen, yang merupakan pasangan artis. Keduanya saling mencintai sampai akhirnya meen mengandung seorang anak dari Ken, Ken yang mengetahui hal itu merasa belum siap untuk menjadi seorang ayah. Dengan segala cara Ken berusaha menjauhi Meen dan berpacaran dengan artis lain yang bernama Ploy.
Merasa dibuang dan di khianati Meen pun berusaha merebut kembali,Ken dari pelukan Ploy.
Sampai suatu saat ketika Ken berlibur ke villa miliknya, secara tiba-tiba Meen muncul menemui Ken, Ken yang tidak menyadari bahwa sebenarnya Meen telah meninggal 3 hari sebelumnya, menganggap bahwa yang dia temui adalah Masih Meen kekasih nya yang dulu..
Sampai pada akhir cerita setelah semua kejadian yang dialami dan kejanggalan yang dia temui, Ken baru menyadari bahwa yang dia temui selama ini adalah hantu dari Meen.

Resensi Film My EX menurut penulis merupakan film Horor yang sangat bagus, dari segi cerita maupun sound effectnya betul-betul digarap dengan serius, tapi ada yang paling membuat penulis terkesan adalah ending cerita nya, tidak pernah bisa di tebak dan sangat mengejutkan, film yang rekomended nih buat di tonton..

read more

Saturday, 16 February 2013

Hotel Transylvania, liburanya para hantu



Resensi Film Hotel  Transylvania.
Kadang-kadang monster perlu istirahat juga. Itu sebabnya Dracula (Adam Sandler)membuka Hotel Transilvania, resort bintang lima dimana para monster dankeluarga mereka - termasuk Frankenstein (Kevin James) dan istrinya,Mummy, Manusia tidak terlihat, dan keluarga Manusia Serigala, untukbergembira tanpa khawatir tentang kehadiran siapa pun dari dunia manusia

Meskipun ia seorang monster, Dracula layaknya seorang ayah yangoverproyektif pada putrinya, Mavis (Selena Gomez). Ia mengarangcerita-cerita tentang bahaya yang mengerikan agar niat putrinya untukberpetualang diluar hotel tidak terwujud. Namun ternyata itu tidakmenghentikan bahaya yang datang dari luar

Kekhawatiran Dracula menjadi-jadi ketika seorang pria manusia biasa(Andy Samberg), berhasil menemukan hotel Transylvania dan jatuh cintakepada Mavis.




Berita Terkait

read more

Skyline, Invasi alien ke bumi

Resensi film skyline

MenceritakanJarrod dan Elaine yang sedang berlibur di apartemen di Los Angeles,tiba-tiba cahaya biru berjatuhan dari langit dan mengambil orang-orangdi kota tersebut, mereka terjebak di sebuah apartemen, sempat berusahakeluar namun berakibat terbunuhnya sahabat mereka, sedangkan diapartemennya sendiri alien sedang berusaha mencari mereka dengantentakel-tentakelnya yang bercahaya. Para pesawat tempur dikerahkanuntuk melawan alien tersebut, sayangnya mereka tidak berhasil.Terdengar familiar? 


 Openingact sekelompok anak muda yang berpesta lalu diserang alien? cerita yangsama dengan film Cloverfield-nya JJ Abrams. Alien dengan tentakelbercahaya berusaha mencari manusia di dalam apartemen? Alien yangnyaris sama persis dengan ‘War of the World’-nya Stephen Spielberg.Pesawat tempur yang menembaki pesawat induk alien? juga mengingatkandengan ‘Independence Day’-nya Roland Emmerich. Bisa dibilang film inisangat tidak original (kalau tidak mau disebut plagiat).

Paraaktor di film ini biasa saja, maklum karena ini film indie, merekatidak punya budget banyak untuk membayar aktor besar. Alhasil adeganemosional dan usaha menyelamatkan diri jadi terlihat kurang hidup. 
Well, setidaknya aliennya hidup :P.

Seandainyafilm ini digarap oleh Stephen Spielberg atau JJ Abrams mutlak akan sayakatakan film ini mengecewakan. Dan dengan berat hati saya harus puasdengan film ini. Why? Karena ini merupakan film indie, sebagai infobudget film ini hanya $10 juta, so, mereka tidak sanggup membayarpenulis naskah yang handal, aktor terkanal, atau scoring yang bagus.Tidak adil rasanya membandingkan film ini dengan War of the Worlds yangberbudget $135 juta (10X lipat lebih) atau Independence Day $75 juta.Sejujurnya saya kagum bagaimana $10 juta bisa dimaksimalkan untukmenggarap special effect sebaik itu, bahkan lebih baik daripada specialeffect Independence Day. 

Verdict:cerita yang tidak original (naskah yang meniru sana sini), aktorstandar, durasi yang singkat, inti cerita film ini hanya 50 menit, 20menit pertama sumpah membosankan, sedangkan 15 menit terakhir tidakpenting ...ya!, I saya menghitungnya, lol. Ingin film invasi alienberkualitas? Pastinya bakalan kecewa, tapi ingin melihat film indiebudget 'hanya' $10 juta dengan special effect mewah? Akan menarik ;)

<iframe width="560" height="315" src="http://www.youtube.com/embed/Z2I2xa9MSOI" frameborder="0" allowfullscreen></iframe>
read more
Blogger Template by Clairvo